Tanpa judul

SIAPA YANG MAU KE GAZA...

Sahabatalaqsha.com – LONDON – Sejumlah ‘veteran’ gerakan mendukung Palestina dan relawan kemanusiaan di
Inggris dan beberapa negara Eropa membuka pendaftaran
bagi mereka yang berniat bergabung dalam sebuah
perjalanan darat membawa bantuan kemanusiaan menuju
Gaza. Laura Stewart, relawan yang sudah dua kali memasuki Gaza membawa bantuan dan juga berada di atas
Mavi Marmara ketika diserang tentara Israel 31 Mei lalu,
mengabarkan kepada Sahabatalaqsha.com bahwa sebuah
land convoy tengah disiapkan untuk bergerak pada tanggal 1
Oktober meninggalkan London, menuju ke selatan Eropa,
berlayar ke Libya, dan menembus Mesir sebelum berusaha masuk ke Gaza lewat Pintu Rafah. Timing perjalanan ini
direncanakan sehingga akan tiba di tanah Palestina itu pada
saat yang bersamaan dengan masuknya Freedom Flotilla 2
yang berangkat dari Brussels dalam waktu dekat ini. Sejauh
ini sudah lebih dari 50 kendaraan – yang dimuati bantuan medis seperti obat-obatan dan peralatan kedokteran – yang direncanakan akan ikut dalam land convoy ini. “Insya-Allah, dari London, kita akan menyeberang ke utara Perancis,
kemudian langsung ke selatan ke arah Reims, Lyon,
kemudian menuju Marseille atau, tergantung kapan kapal-
kapal ferry tersedia, menuju Genoa di Italia. Bila yang terjadi
adalah yang kedua, kita akan melewati pinggiran Jenewa,
tanpa memasuki Swiss. Sesudah perjalanan dengan kapal- kapal ferry ini, kita akan tiba di Tunisia, langsung ke Gabes,
dan terus sejauh mungkin berlayar melalui Libya sampai ke
Mesir,” demikian penjelasan Laura. Dari Indonesia, Silakan Laura mempersilakan relawan dari Indonesia untuk
bergabung dengan konvoi darat Road to Hope ini di salah
satu negara Eropa atau ketika di Mesir. “Yang harus Anda lakukan adalah membeli kendaraan, mengisinya dengan
bantuan medis, dan bergabung dengan konvoi di salah satu
negara Eropa yang kami lewati, atau di Mesir,” demikian tutur Laura. Informasi lebih lengkap mengenai konvoi darat
ini bisa diakses di http://www.roadtohope.co.uk Gelombang Bantuan untuk Gaza Segera sesudah peristiwa penyerangan tentara Zionis Israel
atas Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) yang
menyebabkan syahidnya sembilan orang relawan
kemanusiaan di atas kapal Mavi Marmara, gelombang
amarah masyarakat dunia terhadap kebrutalan Israel terus
mengalir. Demikian pula, gelombang bantuan sebagai cara dunia untuk membongkar embargo Israel atas Gaza, juga
mengalir. Dikabarkan bahwa sebuah kapal bantuan dari
Aljazair akan berusaha memasuki Gaza dalam waktu dekat
ini – satu dari sejumlah kapal yang selama dua bulan ini berusaha menembus Gaza, termasuk Rachel Corrie dari
Irlandia, yang sejauh ini masih bernasib sama yaitu dicegah
dan ditawan Zionis Israel. Kapal-kapal kemanusiaan dari
Lebanon, Mariam dan Naji Al-Ali, juga sudah berlayar
meninggalkan Libya menuju Jalur Gaza sejak beberapa hari
lalu. Mariam berpenumpang 60 orang perempuan yang berasal dari Libanon, AS, dan sejumlah negara Eropa, dan
membawa kebutuhan medis dan berbagai bantuan
kemanusiaan lainnya. Pada saat yang bersamaan, Freedom
Flotilla 2 tengah bersiap untuk berangkat dari Brussels.
Sebanyak 220 lembaga swadaya masyarakat Swiss sudah
menyatakan dukungan terhadap aksi kemanusiaan yang akan mengikutsertakan satu kapal berbendera Swiss ini.
Diperkirakan bahwa Armada Kebebasan 2 ini akan jauh lebih
besar daripada Armada Kebebasan 1 yang diikuti oleh enam
kapal dan 700 orang relawan itu. Israel Keras Kepala Sementara itu Menteri Perang Israel, Ehud Barak,
mengancam bahwa Israel akan mencegat dan, jika perlu,
akan menggunakan kekuatan militernya terhadap dua kapal
solidaritas Libanon, Mariam dan Naji Al-Ali. Barak menuduh
bahwa kapal-kapal Libanon itu bukan menjalankan misi
kemanusiaan tetapi melakukan aksi provokatif. “Jika mereka tetap akan ke Gaza, kami akan mencegat mereka,” ancam Barak. “Kami ‘terpaksa’ menyerang mereka dan akan membawa kapal-kapal itu ke pelabuhan Ashdod”, ancamnya lagi. Barak juga menyampaikan permintaannya kepada
pemerintah Libanon dan mendesak pemerintah Libanon
untuk melarang kapal-kapal solidaritas itu berlayar ke Gaza.
Lebih jauh ia menghubungi sejumlah negara untuk mendesak
Libanon agar mengurungkan rencana kapal-kapal itu untuk
berlayar ke Gaza. Barak juga menuduh kapal-kapal solidaritas Libanon ke Gaza ini diorganisasikan oleh sebuah
“kelompok teroris yang bertujuan membunuh orang-orang Israel”. Lewat Darat Sejauh ini berbagai bantuan yang berhasil masuk Gaza
biasanya dari perbatasan Mesir, melewati Pintu Rafah yang
kadang dibuka oleh Mesir yang juga ikut merasakan tekanan
dunia karena dukungannya terhadap embargo Israel atas
Gaza itu. Sejumlah delegasi dari berbagai negara, termasuk Sahabat Al-Aqsha dan MER-C dari Indonesia, juga para relawan dari Malaysia, Aljazair, Kuwait dan Bahrain, berhasil
mengantarkan bantuan mereka langsung ke Gaza. Namun
Pintu Rafah tidak dibuka dengan jadwal yang jelas, dan para
relawan harus melewati berbagai proses pemeriksaan dan
administratif yang tidak selalu bisa dijelaskan alasannya.
Sejumlah relawan, misalnya, ditolak masuk tanpa alasan yang jelas, meskipun pada saat yang bersamaan, sejumlah
relawan lainnya bisa masuk. Sementara itu dikabarkan
bahwa pemerintah Mesir telah memberikan persetujuan
tertulis kepada konvoi bantuan untuk Jalur Gaza. Dr.Ahmad
Al-Armuti, ketua Ikatan Dokter Yordania, mengatakan bahwa
organisasinya sekarang sedang mempertimbangkan kemungkinan mengirimkan konvoi Ansar 1, yang sebelumnya
dilarang melewati Mesir dalam perjalanannya menuju Gaza.
Sementara itu, Wa’il Saqqa, ketua Komite Nadi Kehidupan Yordania (the Jordanian Lifeline) mengatakan bahwa konvoi
bantuan Nadi Kehidupan (Lifeline) 5, akan bertolak dari
Eropa pada 18 September mendatang menuju pelabuhan
Latakia di Suriah. Dari Suriah mereka akan berlayar ke
pelabuahan El-Arish (Mesir) untuk selanjutkan menuju Gaza
pada 4 Oktober 2010. (EZ/IA/OH/Dari berbagai sumber)

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.