Tanpa judul

BELAJAR DARI PUASANYA KUPU-KUPU

Oleh H Jatiman Karim Kupu-kupu adalah hewan yang sangat
indah dan menarik. Sayapnya yang berwarna-warni dengan motif yang sangat rapi serta
kelincahannya terbang dari satu bunga ke bunga yang lain,
menjadi daya tarik bagi setiap orang untuk mengagumi
makhluk ini. Kupu-kupu tak hadir begitu saja ke muka bumi, tapi melalui
proses metaformosis dari binatang yang bernama ulat.
Menyebut namanya, mungkin ada sebagian orang yang jijik,
geli, takut, penyebab kulit gatal, perusak tanaman, dan
sebagainya. Ia begitu identik dengan sifat yang tidak baik.
Hampir tak ada orang yang mau menyentuhnya. Namun, ketika seekor ulat berubah menjadi kupu-kupu yang
cantik dan indah, semua orang pun berusaha memilikinya
dan bahkan mengaguminya. Mereka tak merasa takut
dengan seekor kupu-kupu yang sesungguhnya berasal dari
ulat. Itulah kupu-kupu. Hewan yang indah dan menarik.
Makanannya pun bahan pilihan, dan selalu membantu proses penyerbukan tanaman. Untuk menjadi kupu-kupu, ulat terlebih dahulu menjadi
kepompong. Itulah sebuah metamorfosis, yang dalam bahasa
manusianya sedang menjalani puasa, menjauhkan dari dari
makan dan minum, menutup dirinya dari hiruk pikuk
kehidupan dunia. Ia begitu mirip dengan cara kita beriktikaf,
yaitu merenung diri dan melakukan pertobatan, sehingga keluar menjadi kupu-kupu yang indah, disayang semua orang
dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Itulah barangkali gambaran puasa Ramadhan yang
diharapkan oleh Allah SWT terhadap orang-orang yang
beriman. Kita, umat manusia yang banyak berbuat salah
dandosa, hendaknya biasa belajar dari ulat dan mengubah
diri menjadi manusia yang bertakwa dan disayang Allah SWT. Tipe manusia yang disayang Allah itu adalah; pertama, orang-
orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati (tidak
sombong) dan apabila orang jahil menyapa, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik. (QS Al-Furqan [25]: 63). Demikianlah gambaran orang mukmin yang berpuasa,
senantiasa menyebarkan kelembutan dan keindahan, serta
tidak suka berbuat keonaran dan kerusakan, di manapun dia
berada. Sebagaimana sifat kupu-kupu yang hinggap di
sebuah dahan yang tak akan pernah ada yang patah sekecil
apa pun dahan yang dihinggapinya. Kedua, mereka yang senantiasa mendirikan shalat lima
waktu dan shalat tahajjud di malam hari sebagai wujud
syukur kepada Allah (Al-Furqan [25]: 64, 73). Seperti kupu-
kupu, di manapun seorang mukmin berada, dia akan selalu
melaksanakan perintah Allah, menebarkan kasih sayang, dan
menolong orang lain. Sebab, ia menyadari bahwa sesungguhnya dirinya hanyalah seorang hamba yang juga
tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa anugerah dari
Allah SWT. Ketiga, orang yang berhasil dalam pusanya, ia akan memilih
makanannya dari yang halal dan yang baik-baik saja,
layaknya kupu-kupu yang hanya memilih sari madu bunga
sebagai makanannya. Orang yang berpuasa dan mukmin
sejati, akan senantiasa menjauhkan diri dari yang haram,
seperti korupsi, mencuri, menipu, dan lainnya. (QS Al- Baqarah [2]: 168). Red: irf

COPAS FROM http://.www.republika.co.id

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.